Minggu, 11 Desember 2016

SoloPos, 20 Januari 2016, Halaman 4, Rubrik : Gagasan, Judul : Menabung Air

Menabung Air
oleh : H.M. Sholeh

Gagasan Solopos, Rabu (20/1/2016), ditulis H.M. Sholeh. Penulis adalah Pjs. Dirut PDAM Tirto Negoro Sragen dan Mahasiswa S3 Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret.

http://www.solopos.com/2016/01/21/gagasan-menabung-air-682600


Solopos.com, SOLO — Dampak fenomena El Nino berkepanjangan telah terjadi pada 2015 dengan berbagai peristiwa, dari kabut asap di mana-mana, kekeringan sawah, mengeringnya sumber air baku dan irigasi, hingga puso di berbagai wilayah.
Pendek kata semua makhluk yang membutuhkan air dalam proses hidupnya sangat terganggu dengan pasokan air yang menipis.     Sementara itu sebagai pemegang kebijakan, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah mencanangkan program 100-0-100 pada 2019.


Program tersebut berarti pada 2019 seluruh rakyat harus memperoleh akses air bersih 100%, kawasan kumuh 0%, dan akses sanitasi layak 100%. Target pemerintah tersebut tidak berlebihan selama dapat dipersiapkan sebaik mungkin dengan langkah-langkah yang bijak, terencana, dan berkelanjutan.
Perusahaan daerah air minum (PDAM) sebagai pelaksana pemenuhan target akses air bersih bagi masyarakat secara menyeluruh (100%) pada 2019 menghadapi tantangan yang tidak ringan.
Tantangan tersebut berwujud masalah antardaerah yang sangat beragam, yakni dari semakin menipisnya sumber air baku, topografi, benturan penggunaan air, sumber daya manusia (SDM), perpipaan, pendanaan, hingga dukungan pemerintah daerah yang merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian target tersebut.
Setelah fenomena El Nino pada 2015 lalu masih ada tantangan alam pada 2016. Berdasarkan prakiraan akan terjadi fenomena La Nina pada tahun ini.  Fenomena La Nina pada 2016 diprediksi merupakan kebalikan dari fenomena El Nino pada  2015.
Fenomena La Nina berawal dari menguatnya angin pasat tenggara, sedangkan suhu muka air laut di Samudera Pasifik sebelah barat lebih hangat daripada suhu tropis di timur Pasifik yang berada pada kondisi lebih dingin.
Akibat dari pola suhu permukaan laut yang seperti itu atmosfer tropis di wilayah barat Pasifik mengalami penguapan air dengan kadar yang lebih tinggi. Kemungkinan untuk munculnya awal Cumulus sebagai awan pembawa hujan menjadi semakin meningkat.
Sudah pasti dampak La Nina akan mengakibatkan bencana banjir, tanah longsor, atau bahkan angin puting beliung di berbagai wilayah. Lumrah manusia selalu mengeluh apabila air kurang atau berlebih.
Hal ini sebenarnya adalah masalah pengaturan air (water management) berdasarkan kaidah-kaidah hidrologi dan lingkungan secara bijak dan berwawasan lingkungan.
Dampak El Nino dan La Nina juga disebabkan anomali iklim yang telah terjadi dalam beberapa dasawarsa belakangan ini  berupa efek rumah kaca, bocornya lapisan ozon, meningkatnya suhu permukaan kutub, hingga dampak pencemaran yang terakumulasi. Apa yang harus dilakukan untuk menghadapi hal tersebut di atas?
  
Neraca Air

Sesungguhnya jumlah air secara keseluruhan tetap, tetapi penyebarannya tidak seimbang akibat kurangnya langkah konservasi air dan tanah serta lingkungan. Untuk mengatur keseimbangan air (water balance) seharusnya setiap wilayah atau pemerintah daerah menghitung neraca air di wilayahnya.
Dari neraca air tersebut dapat ditentukan langkah-langkah kebijakan yang perlu diambil sehubungan dengan kebijakan konservasi tanah, air,  serta lingkungan, bukan sekadar eksplorasi air tanah yang sebebas-bebasnya atau pompanisasi dan lain-lain.
Merebaknya kawasan industri yang tidak disertai kebijakan pengambilan air secara terkendali menyebabkan ketidakseimbangan neraca air di suatu wilayah. Demikian juga dengan menjamurnya kawasan perumahan, permukiman, pusat perbelanjaan, hotel, hingga mal-mal di perkotaan hingga ke wilayah kabupaten/kota yang sedang tumbuh.
Belum lagi banyaknya penggunaan mesin pompa air di sawah tanpa dasar kaidah hidrologi yang tepat. Ini menyebabkan permukaan air tanah turun secara signifikan. Seharusnya pemerintah daerah memproteksi sumber-sumber air melalui penghijauan, konservasi tanah dan air, kalau perlu diterbitkan peraturan daerah untuk memproteksi sumber air tersebut.
Kepedulian terhadap keseimbangan air sesungguhnya bisa dimulai dari skala terkecil atau rumah tangga, kantor, lingkungan, hingga gerakan menabung air.  Apa itu konsep menabung air?
Menabung air adalah melakukan tindakan penyimpanan air pada saat berlebih melalui tindakan-tindakan konservasi air di lingkungan dan menggunakannya secara bijak pada saat dibutuhkan.
Prinsip menabung air adalah menahan air sebanyak-banyaknya agar tertahan di lingkungan tanah atau reservoir dengan membuat sumur resapan di sekitar rumah, kantor, atau lingkungan.
Selain di sumur-sumur resapan, menabung air juga dapat dilakukan melalui pembuatan lubang resapan biopori (LRB). LRB ini selain berfungsi sebagai lubang resapan air juga dapat menjadikan tempat dekomposisi bahan organik serta menjaga keseimbangan ekosistem di dalam tanah.
LRB juga dapat dibuat dalam skala rumah tangga sesuai intensitas curah hujan dan luas kawasan. Teknik-teknik sederhana ini sangat mudah diterapkan dan sangat bermanfaat bagi keseimbangan air serta menjaga biodiversitas di dalam tanah dan lingkungan.
Jika dalam sebuah rumah tangga memiliki 10 lubang resapan biopori, dalam satu kota yang berpenduduk satu juta orang, misalnya, dapat menabung air tak kurang dari 10 juta liter selama setahun.  Dampak secara regional dan nasional bila hal ini bisa menjadi gerakan nasional tentu lebih baik lagi.
Sayangnya, saat ini banyak halaman, pekarangan, atau bahu jalan di lingkungan masyarakat ditutup dengan beton, bata, atau conblock yang tidak meresapkan air.  Sejatinya menjaga ruang terbuka hijau dengan rumput atau hijauan membantu menjaga resapan dan keseimbangan air tanah di lingkungan tersebut.
Dalam skala yang lebih bersar kebijakan pemerintah pantut diapresiasi dengan memperbanyak embung-embung atau waduk-waduk penampung air yang dapat digunakan berbagai keperluan pertanian, sumber air baku, konservasi, hingga pariwisata.
Demikian juga dengan konservasi hutan, bukit-bukit, dan gunung-gunung dengan langkah reboisasi, apalagi setelah dampak kebakaran hutan tahun lalu, merupakan tindakan konservasi yang sangat terpuji.
Gerakan kesadaran terhadap program penanaman semiliar pohon mulai muncul gerakan serupa berupa adopsi pohon atau tanaman pada suatu kawasan atau wilayah tertentu.
Dengan langkah kecil menabung air yang dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan akan menjaga keseimbangan air di dalam tanah dan lingkungan.  Menabung air adalah menabung kesehatan dan kehidupan di masa datang.
Semoga dengan langkah kecil ini dapat berperan serta membantu mewujudkan program 100-0-100 pada 2019 seperti yang telah dicanangkan pemerintah.






http://www.solopos.com/2016/01/21/gagasan-menabung-air-682600


Tidak ada komentar:

Posting Komentar