Selasa, 16 Oktober 2012

REFLEKSI HARI PANGAN SEDUNIA XXXII 16 OKTOBER 2012

Refleksi Hari Pangan Sedunia Ke-32 16 Oktober 2012

 KETAHANAN PANGAN BERBASIS UNGGULAN
 Oleh : Ir. HM. SHOLEH, MM

(Mantan Ketua Program Aksi Ketahanan Pangan Dewan Koperasi Indonesia/DEKOPIN 2005-2009)

Besok 16 Oktober 2012 diperingati hari Pangan Sedunia XXXII (HPS). Tema nasional HPS adalah "Agroindustri Berbasis Kemitraan Petani menuju Kemandirian Pangan” padahal tema internasionalnya adalah "Agricultural Cooperatives-Key to Feeding The World". Entah istilah apalagi yg dipakai pemerintah untuk mengusung pangan sebagai kebutuhan manusia paling hakiki. Dari ketahanan pangan, kemandirian pangan sampai kedaulatan pangan. Tapi muaranya adalah kecukupan pangan baik kualitas, kuantitas, kontinuitas maupun keterjangkauannya (K4). Apapun programnya yang penting tindakan nyata di akar rumput yaitu petani dan masyarakat umumnya. Tak perlu tema muluk-muluk tetapi menurut penulis lebih tepat "aksi program" secara nyata daripada kebanyakan program tapi tak kelihatan nyata hasilnya. Mengapa Pertanian Penting ? 

Berdasarkan data nasional, total angkatan kerja sekitar 110 juta jiwa, dimana sekitar 40 juta jiwa atau 37% diantaranyamasih bergantung pada sektor pertanian. Sangat penting bagi Indonesia untuk melakukan reorientasi paradigma dan strategi pembangunan yang dapat mendukung penguatan sektor pertanian, yang masih menjadi tumpuan hidup sebagian besar masyarakat. Sementara itu sektor yang memiliki pertumbuhan lebih tinggi dari sektor pertanian dan berkontribusi besar terhadap PDB (sektor industri dengan share terhadap PDB hampir 30%) ternyata hanya mampu menyerap 12,5% angkatan kerja yang ada. "Tahun-tahun mendatang merupakan momentum yang sangat penting dalam menentukan perjalanan bangsa. Strategi pembangunan yang berbasis pada sumberdaya alam terbarukan, di mana pertanian menjadi pilar pokoknya masih sangat diharapkan peran signifikannya. 

Fokus Unggulan 

Menurut hemat saya kunci pokok Ketahanan Pangan, Kemandirian Pangan dan Kedaulatan Pangan adalah pada "fokus pada unggulan" Indonesia dengan luas wilayah yang sangat besar memiliki potensi unggulan masing-masing. Ada potensi unggulan padi, jagung, kedelai, hortikultura, perkebunan, kehutanan, perikanan dan lain-lain. Jadi tidak jamannya lagi memaksakan introduksi produk yang tidak merupakan unggulan atau potensinya rendah. Keberhasilan Gorontalo menjadi daerah "jagung" merupakan contoh fokus unggulan. Dengan kesungguhan dan dukungan penuh pemerintah setempat maka Gorontalo menjelma menjadi sentra jagung nasional. Yang jelas dukungan segala sektor juga difokuskan seperti irigasi, jalan, pelabuhan, pasar, permodalan, penyuluhan dan yang penting pembinaan manajemen. Demikian juga fasilitasi pemasaran lokal, regional nasional hingga internasional. Pendek kata semua dinas pemerintahan dikerahkan terfokus, meskipun tanpa mengabaikan pelayanan poublik lainnya. Bahkan sektor lainnya ikut terangkat sukses fokus jagung tersebut. 

Demikian juga "berkah" kegagalan lahan sawah sejuta hektar di kalteng sekarang telah disulap fokus unggulan pada "aloe vera" atau lidah buaya, ternyata daerah tersebut sukses dengan fokus penghasil lidah buaya terbesar dengan kualitas tinggi meskipun di lahan gambut. Kiranya sudah saatnya ada daerah fokus unggulan kedelai misalnya di wilayah tapal kuda Jatim, Jember, Pasuruan atau Banyuwangi dan sekitarnya. Kelangkaan produk kedelai diduga "tidak adanya petani kedelai", petani kedelai hanyalah tanaman tumpang gilir setelah padi-kedelai-padi, atau padi-jagung-padi. sudah saatnya pemerintah mengkoordinir fokus unggulan sebagai aksi program bukan sekedar program aksi. Kesuksusan Fadel Muhammad membangun Gorontalo dengan fokus jagung patut diapresiasi, bahkan mengantarkannya menjadi Menteri, terlepas "dosa" politik apapun yang menyebabkan lengsernya juga. 

Masyarakat lebih melihat hasil nyata ketimbang program yang tak kunjung nyata. Koperasi harusnya diikutkan ! Sesuai dengan tema internasional HPS kali ini FAO menggandeng ICA (International Cooperative aliance) semacam DEKOPIN nya dunia. Koperasi tani sebagai kunci utama dalam ketahanan pangan dunia. Demikian tema internasionalnya adalah "Agricultural Cooperatives-Key to Feeding The World". Dari 300 koperasi terbaik dunia yang dirilis ICA (September 2012) maka koperasi pertanian menempati kontribusi terbanyak 28.85% dengan kontribusi USD 427 juta. Dibandingkan sektor jasa keuangan yang menempati peringkat kedua atau 26.27% atau USD 430 juta. Namun sayang sektor Koperasi pertanian di Indonesia masih terpinggirkan oleh jasa keuangan padahal jika fokus unggulan pasti akan menjadi unggulan juga komoditas pertaniannya. Gerakan koperasi merupakan wadah ekonomi rakyat sejati, inilah demokrasi Pancasila sejati. Sayang wadah koperasi saat ini seperti adem ayem saja, harusnya bersamaan dengan HPS ini maka juga momentum bagi International Year of Cooperative (Tahun koperasi Internasional). Bahkan panitia nasional HPS sepertinya tidak menggandeng Kemenkop UKM atau Dekopin sekalipun sesuai dengan tema internasional HPS tersebut. Semoga ini bukan mengindikasikan jalan sendiri-sendiri atau tanpa koordinasi. 

Sekali lagi dalam refleksi Hari Pangan Sedunia ke-32 ini Ketahanan Pangan Berbasis Fokus Unggulan adalah solusi, bukan sekedar program. Saat ini bukan jaman lagi dibutuhkan Gubernur, Bupati atau Walikota yang sekedar "pintar" tetapi diperlukan Pemimpin yang "Gila", ya gila ide kreatif, cerdas inovasi, dan gila Fokus unggulan...... Semoga tulisan ini bermanfaat.


M Sholeh 
msholeh10@yahoo.com 
Mekah, 16 Oktober 2012 HPS XXXII

Tidak ada komentar:

Posting Komentar