Selasa, 26/10/2010 17:55 WIB
Petani Pahlawan Pangan Tanpa Tanda Jasa
M Sholeh - suaraPembaca
M Sholeh - suaraPembaca

Petani di negeri ini sejatinya adalah "Pahlawan Pangan Tanpa Tanda Jasa". Bayangkan setiap tahun petani pangan yang 15 jutaan atau sekitar 6 persen mengusahakan sawahnya yang hanya 11 juta hektaran tanpa mempedulikan untung atau rugi. Petani adalah "mega investor" agro di negeri ini.
Bayangkan tak kurang dari 66 triliun petani berinvestasi dalam bentuk saprotan dan tenaga kerja. Sementara bantuan kredit di sektor pertanian pangan masih rendah sekali. Hanya 5%. Jadi apa peran pemerintah.
Realisasi kredit usaha rakyat (KUR) yang hanya 6.1 triliun ternyata banyak "mbleset". Banyak ke KUKM yang bukan sektor yang bukan on farm. Atau KUKM jadi-jadian. Mungkin yang benar-benar ke sektor petani pangan tak lebih dari 1%. Itu pun sudah digembar-gemborkan penyaluran KUR berhasil, cepat, dan akurat. Padahal yang berhasil adalah seremonialnya.
Sementara petani tetap berjuang sendiri tanam. Tanam. Tanam terus tanpa henti. Meski risiko banjir, gagal panen, puso namun tetap mereka hadapi. Dan, ketika panen jadi diangkat menjadi prestasi instansi. Bahkan, kenaikan produksi karena fenomena alam 2008 yang mengalami bulan kemarau "basah" pun diklaim prestasi Departemen Pertanian.
Kalau mau jujur ada atau tidak ada Deptan (Kementan) tidak berarti. Tidak dirasakan petani. Bahkan, produktivitas padi nasional selama 20 tahun terakhir nyaris "landai" tanpa ada "inovasi" berarti. Bahkan, Maret 2011 katanya mau impor beras lagi.
Nasib. Nasib petani negeri republik ini. Padahal, kalau lebih dicermati petani inilah "penstabil" stabilitas nasional. Bayangkan kalau petani-petani negeri ini mogok tanam. Oleh karena itu pemerintah harus menyejahterakan petani. Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
M Sholeh
Jakarta
msholeh10@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar