Minggu, 27 Februari 2011

Surat Pembaca detik.com 26 oktober 2010

http://suarapembaca.detik.com/read/2010/10/26/175551/1475735/471/petani-pahlawan-pangan-tanpa-tanda-jasa


Selasa, 26/10/2010 17:55 WIB
Petani Pahlawan Pangan Tanpa Tanda Jasa
M Sholeh - suaraPembaca



Jakarta - 16 Oktober 2010 adalah Hari Pangan Sedunia yang ke-30. Temanya adalah "United Againts Hunger" dan tema nasional adalah Kemandirian Pangan untuk Memerangi Kelaparan. Namun, sudahkah petani kita mandiri. Sudahkah pangan kita mandiri. Sudahkah pemerintah peduli.

Petani di negeri ini sejatinya adalah "Pahlawan Pangan Tanpa Tanda Jasa". Bayangkan setiap tahun petani pangan yang 15 jutaan atau sekitar 6 persen mengusahakan sawahnya yang hanya 11 juta hektaran tanpa mempedulikan untung atau rugi. Petani adalah "mega investor" agro di negeri ini.

Bayangkan tak kurang dari 66 triliun petani berinvestasi dalam bentuk saprotan dan tenaga kerja. Sementara bantuan kredit di sektor pertanian pangan masih rendah sekali. Hanya 5%. Jadi apa peran pemerintah.

Realisasi kredit usaha rakyat (KUR) yang hanya 6.1 triliun ternyata banyak "mbleset". Banyak ke KUKM yang bukan sektor yang bukan on farm. Atau KUKM jadi-jadian. Mungkin yang benar-benar ke sektor petani pangan tak lebih dari 1%. Itu pun sudah digembar-gemborkan penyaluran KUR berhasil, cepat, dan akurat. Padahal yang berhasil adalah seremonialnya.

Sementara petani tetap berjuang sendiri tanam. Tanam. Tanam terus tanpa henti. Meski risiko banjir, gagal panen, puso namun tetap mereka hadapi. Dan, ketika panen jadi diangkat menjadi prestasi instansi. Bahkan, kenaikan produksi karena fenomena alam 2008 yang mengalami bulan kemarau "basah" pun diklaim prestasi Departemen Pertanian.

Kalau mau jujur ada atau tidak ada Deptan (Kementan) tidak berarti. Tidak dirasakan petani. Bahkan, produktivitas padi nasional selama 20 tahun terakhir nyaris "landai" tanpa ada "inovasi" berarti. Bahkan, Maret 2011 katanya mau impor beras lagi.

Nasib. Nasib petani negeri republik ini. Padahal, kalau lebih dicermati petani inilah "penstabil" stabilitas nasional. Bayangkan kalau petani-petani negeri ini mogok tanam. Oleh karena itu pemerintah harus menyejahterakan petani. Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang.

M Sholeh
Jakarta
msholeh10@yahoo.com


Pertanian kok Hanya Sekedar Hobby !!!!!!

Pertanian Hanya Sekedar Hobby !!!

Oleh : M. Sholeh*)

Disadari atau tidak pertanian RI mulai terpinggirkan, buktikan sj kalau ke toko Gunung Agung cari buku2 pertanian, sekarang dikategorikan sebagai buku "Hobby"??? Astaga!!! ....ilmu pertanian yang nota bene mayoritas penduduknya adalah petani ternyata sudah terpinggirkan.... Buku2 pertanian disandingkan dengan buku2 hobby, resep masakan, kue2 atau kerajinan ibu2 (maaf tentunya tanpa mendiskreditkan buku2 tersanding tersebut) Lain dengan buku2 yg dikategorikan sendiri2 seperti buku2 kedokteran, hukum, sosial, politik, bahkan fak2 ekonomi lebih detil lagi yaitu ; manajemen dan akuntansi. Padahal pertanian itu kalau di PT setara Fakultas lho ! bukan "Fakultas Hobbiis" Hal ini tdk hanya terjadi di bookstore GA saja bahkan di beberapa toko2 yg di Mal2, kategori buku2 Pertanian juga mulai diganti Hobby, beruntung toko buku Gramedia masih ada kategori Buku2 Pertanian..... Nasib sama tidak hanya menimpa buku2 pertanian, tapi juga peternakan dan perikanan juga masuk kategori hobbiis juga... Memang gak salah sih pengkategorian buku2 tsb? Tapi image orang kan beda2.... Bahkan konon majalah pertanian terbesar di negeri ini image-nya sdh berubah menjadi "majalah hobbiis" Maaf rekan2 khususnya yang berkecimpung di PT, apakah kita nyaman jika "Fakultas Pertanian" disejajarkan dengan "Fakultas Hobiis" Apa ada hubungannya dengan fenomena "Pertanian Indonesia gak maju2 ya???" Diakui umum bhw alumni IPB serba bisa semua sektor ada, perbankan, pertambangan, ekonom, politisi, wartawan, hukum, artis, seniman, dll. Saking serba bisanya bahkan sering diledek "alumni IPB itu serba bisa kecuali Pertanian".... Suatu sindiran, guyonan dan candaan yg umum (bahkan sampai di Rapat Dengar Pendapat di DPR yg sy ikuti yg notabene sidangnya dipimpin oleh alumni IPB !!!) Bagi sy yang tetap "keukeuh" di bidang pertanian yg kurang menarik bagi sebagian orang sejatinya berpendapat sederhana "bahwa selama orang mempunyai mulut pasti bisnis pertanian masih dibutuhkan" Ya nggak rekan2.

Bagaimana dengan anda.

MSholeh
Pemerhati pertanian

Rabu, 23 Februari 2011

Petani Pahlawan Pangan Tanpa Tanda Jasa

PETANI adalah PAHLAWAN PANGAN TANPA TANDA JASA

oleh : M. Sholeh*)


Selama manusia masih punya mulut maka perlu input, input berupa makanan dan minuman sebagai sumber energy, nutrisi dan mineral untu proses kehidupannya. Selama makanan masih diperlukan maka peran petani tidak bisa diabaikan. Dan selama peran petani tidak bisa diabaikan maka sudah seharusnya petani harus mendapatkan hak-haknya dan sekaligus mendapatkan proteksi dari aturan, kebijakan, fasilitast, arahan atau apapun bentuk perhatian dari pemerintahan yang sedang berjalan ini.

Sudah tebukti dan diyakini bahwa Ketahanan Pangan dan Energy adalah pilar stabilitas ekonomi rakyat, ekonomi bangsa ini dan ekonomi nasional negeri ini. Sudah berapa negara yang kolaps karen rawan pangan atau tidak mampu kecukupan pangan kebutuhan rakyatnya. Pemenuhan kebutuhan pangan adalah hak-hak dasar yang wajib dan wajib dipenuhi oleh pemerintah.


Negeri ini telalu di"ninabobokkan" oleh kondisi tanah air yang subur dan makmur hingga kebijakan-kebijakan pemerintah tidak banyak berpihak kepada petani di negeri ini. Petani-petani di negeri ini berjalan sendiri-sendiri ada atau tidak ada pemerintah sama saja. Diatur atau tidak diatur petani kita tetap menanam apapun komoditasnya. Padi, jagung, kedelai, cabe, singkong, sayuran, buah-buahan atau apapun temasuk perikanan, peternakan dan kehutanan. Dibantu atau tidak dibantu pemerintah dalam bentuk apapun petani kita tetap ikhtiar melaksanakan dengan ala kadarnya, kalaupun ada inovasi itu inovasi mandiri atau inovasi tanpa intevensi bahkan karunia ilahi.

Memang ada subsidi pupuk, kredit usaha rakyat KUR, subsidi benih atau subsidi ini itu dan lain-lain yang sebenarnya nilainya tidak seberapa atau hanya program "lipstick" pemerintah agar menarik simpati rakyat itupun jika ada maunya saja.


Hitung saja berapa sih nilai subsidi pupuk? Gak sampai 1% . . . . . Atau berapa nilai KUR itu gak sampai 5% dari kredit yang dikucurkan untuk para konglomerat, bahkan masih lebih besar nilai kredit fiktif yang disunat atau bailout atau BLBI yang dikemplang para penjahat keuangan negara yang berdalih pembangunan nasional.


20 tahun lalu petani dari Afrika, Vietnam, Laos dan beberapa negara kecil belajar menanam di H. Bachrum di Cijeruk, mereka belajar tanam padi, jagung, kedele, sayuran, ikan dll. Belajar mencangkul mengolah tanah memupuk hingga panen dan pasca panen, bahkan sistem lumbung pun mereka belajar dari kita. Kini negeri ini justru mengimpor beras dari Vietnam, Thailand, dll Memalukan sekali!!!!


Bahkan jaman orba pun masih lebih baik dari saat ini dalam perhatiannya terhadap petani. Dulu masih ada pembuatan saluran irigasi, bendungan-bendungan, program Bimas/Inmas, insus, supra insus, kelompencapir, bina desa, lumbung desa dan sebagainya. Kini apa menjaga stabilitas produksi pangan aja gak becus malah sibuk impor demi kepentingan politik segelintir elit. . . . . . Memang arus konversi lahan ke pembangunan infrastruktur lain mengurangi lahan pertanian produktif, tapi kenapa Jepang yang hanya punya lahan abadi pertanian 12% saja bisa mencukup kebutuhan negerinya yg junlahnya tebesar ke 6 di dunia bisa swasembada bahkan bisa ekspor!


Lahan di negeri ini bukan hanya 12 juta hektar lahan padi saja bahkan kalau mau ada puluhan juta hektar lagi kalau ada niat baik pemerintah untuk membuka sawah atau ladang baru. . . . Atau optimalkan dulu teknologi pertanian yang selama ini numpuk di perguruan tinggi-perguruan tinggi atau perpustakaan akademisi. Di negeri ini ada 4 tidur yang harus diberantas : lahan tidur, uang tidur (kredit), sdm tidur dan penelitian tidur. . . . . . .


Jadi ada tdk ada pemerintah petani adalah pahlawan, kalau guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa maka petani adalah PAHLAWAN PANGAN TANPA TANDA JASA, petani disuruh atau tidak tetap menanam, petani tetap ikhtiar meski tanpa kucuran kredit pemerintah, Petani yang konon mayoritas di negeri ini sebenarnya adalah MEGA investor di negeri ini . . . . .petani adalah roda ekonomi rakyat sejati



Hidup petani Indonesia . . . . . . .


(ms2001)

*) penulis adalah pemerhati pertanian, mantan ketua program aksi bid ketahanan pangan dan energi Dekopin 2005-2009